Selasa, Mei 08, 2007

Belajar dan Mengajarkan Al Qur'an

Setiap Mu'min yang mempercayai Al Quran, mempunyai kewajiban dan tanggung jawab terhadap Kitab Sucinya itu. Di antara kewajiban dan tanggung jawab itu ialah mempelajarinya dan mengajarkannya. Belajar dan mengajarkan Al Quran adalah kewajiban suci dan mulia. Rasulullah s.a.w. telah mengatakan : " Yang sebaik-baik kamu ialah orang yang mempelajari Al Quran dan mengajarkannya." Dalam hadits lain Rasulullah mengatakan :" Sesungguhnya seseorang yang berpagi-pagi pergi mempelajari ayat-ayat dalam Kitabullah lebih baik yang seperti itu daripada mengerjakan sembahyang sunat 100 rakaat." Dari hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas , Rasululah juga mengatakan :
"Siapa-siapa yang mempelajari Kitabullah, kemudian diamalkannya isi yang terkandung di dalamnya, Allah akan menunjukinya dari kesesatan dan akan dipeliharanya pada hari kiamat dari siksa yang berat."

Jadi belajar Al Quran itu merupakan kewajiban yang utama bagi setiap mu'min , begitu juga mengajarkannya. Belajar Al Quran itu dapat dibagi kepada beberapa tingkatan , yaitu :belajar membacanya sampai lancar dan baik, menuruti kaidah-kaidah yang berlaku dalam qiraat dan tajwid belajar arti dan maksudnya sampai mengerti akan maksud-maksud yang terkandung di dalamnya dan terakhir, belajar menghafalnya di luar kepala, sebagaimana yang diajarkan oleh para sahabat pada masa Rasulullah, demikian pula pada masa sekarang dibeberapa negeri Islam.

Belajar Al Quran itu hendaklah dari semenjak kecil, sebaiknya dari semenjak berumur 5 atau 6 tahun. Sebab, umur 7 tahun sudah disuruh mengerjakan sembahyang. Rasulullah sudah mengatakan: " Suruhlah anak-anakmu mengerjakan sembahyang, bila sudah berumur 7 tahun dan pukullah (marahilah) bila dia tidak mengerjakan sembahyang kalau sudah berumur 10 tahun."

Menjadikan anak-anak dapat belajar Al Quran mulai semenjak kecil itu, adalah kewajiban orang tuanya masing-masing. Berdosalah orang tua yang mempunyai anak-anak, tetapi anak-anaknya tidak pandai membaca Al Quran. Tidak ada malu yang paling besar di hadapan Allah nantinya, bilamana anak-anaknya tidak pandai membaca Al Quran. Sebaliknya, tidak ada kegembiraan yang lebih memuncak nanti, bilamana orang tua dapat menjadikan anaknya pandai membaca Al Quran. Rasulullah s.a.w. telah mengatakan :" Tidak ada suatu keuntungan bagi seorang yang telah menjadikan anaknya pandai membaca Al Quran , kecuali baginya nanti pada hari kiamat akan diberikan suatu mahkota dari dalam syurga."

Pada tingkat pertama ini, yaitu tingkat mempelajari membaca Al Quran dengan baik, hendaknya sudah merata dilaksanakan , sehingga tidak ada lagi orang yang buta huruf Al Quran di kalangan masyarakat Islam. Di tiap-tiap rumah tangga orang Islam hendaknya diaktifkan benar-benar pemberantasan buta huruf Al Quran, sehingga setiap muslim yang menjadi keluarga rumah tangga itu sudah pandai semuanya membaca Al Quran dengan baik. Batas untuk mempelajari Al Quran itu hanya bila seseorang sudah diantar ke liang kubur.

Jadi, tidak ada alasan untuk tidak mempelajari Al Quran. Misalnya, karena sudah tua, karena sudah dewasa dan sebagainya. Dalam tingkatan pertama sekedar membaca Al Quran dengan baik, hal ini berlaku bagi anak-anak, orang dewasa maupun orang tua, pria ataupun wanita, semuanya berkewajiban untuk mempelajarinya.
Sesudah itu, barulah menginjak ke tingkat yang kedua, yaitu mempelajari arti dan maksud yang terkandung di dalamnya. Dengan demikian, Al Quran itu betul-betul menjadi pelajaran, petunjuk dan peraturan bagi setiap muslim dalam mencapai kebahagiaan hidup yang diridhai Allah. Untuk itulah terjemahan Al Quran ini disusun dan diterbitkan oleh pemerintah, dengan maksud agar terjemahan Al Quran ini dapat dipelajari oleh seluruh rakyat Indonesia dengan mudah.

Selain mempelajari cara membaca serta mendalami arti dan maksud yang terkandung di dalam Al Quran, yang terpenting adalah mengajarkannya. Jadi belajar dan mengajar merupakan dua tugas yang mulia lagi suci, yang tidak dapat dipisah-pisahkan. Sedapat mungkin hasil yang dipelajari itu terus diajarkan pula, dan demikianlah seterusnya. Sebagaimana yang telah dilakukan oleh Rsulullah s.a.w. , demikianlah beliau menerima wahyu, waktu itu juga terus diajarkannya kepada para sahabat, seketika selesai wahyu itu turun. Para sahabat pun berbuat demikian pula. Seterusnya, orang yang mendapat pelajaran dari para sahabat itu, melanjutkannya kepada yang lain. Demikianlah secara sambung mneyambung seperti rantai yang tidak putus-putusnya.

Jadi, pekerjaan mengajarkan Al Quran merupakan tugar yang sangat mulia di sisi Allah. Di dalam tugas mengajarkan Al Quran itu tergantung tiga kemuliaan yaitu: kemuliaan mengajar yang merupakan warisan tugas Nabi kemuliaan membaca Al Quran sementara mengajar dan kemudian memperdalam maksud yang terkandung di dalamnya.
Dengan mengajar terus menerus, ia akan menjadi orang yang mahir memahami Al Quran.Dari hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim yang berasal dari Siti Aisyah r.a. Rasulullah bersabda:"Orang yang membaca Al Quran, lagi pula ia mahir, kelak mendapat tempat dalam syurga bersama-sama dengan rasul-rasul yang mulia lagi baik; dan orang yang membaca Al Quran, tetapi tidak mahir, membacanya tertegun-tegun dan tampak agak berat lidahnya (belum lancar) ia akanmendapau dua pahala."

Tajwid

Sebagian besar ulama mengatakan, bahwa tajwid itu adalah suatu cabang ilmu yang snagat penting untuk dipelajari, sebelum mempelajari Ilmu Qiraat Al Quran. Ilmu Tajwid adalah pelajaran untuk memperbaiki bacaan Al Quran. Dalam ilmu Tajwid itu diajarkan bagaimana cara melafazkan huruf yag berdiri sendiri, huruf yang dirangkaikan dengan yang lain, melatih lidah mengeluarkan huruf dari makrajnya, belajar mengucapkan bunyi yang panjang dan dan yang pendek, cara menghilangkan bunyi huruf dengan menggabungkannya kepada huruf yang sesudahnya (idgham), berat atau ringan, berdesis atau tidak, mempelajari tanda-tanda berhenti dalam bacaan dan lain-lain sebagainya. Ilmu tajwid itu diajarkan sesudah pandai membaca huruf Arab dan telah dapat membaca Al Quran sekedarnya.

Tiada ulasan:

Catat Ulasan